• No se han encontrado resultados

Tata Ruang PV

N/A
N/A
rindaaul utamii

Academic year: 2022

Share "Tata Ruang PV"

Copied!
10
0
0

Texto completo

(1)

PENGARUH TATA RUANG KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

Oleh : Siti Nur Afifah

ABSTRAK

Siti Nur Afifah, 15051065, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh tata ruang kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas VI di SD Negeri Nglarangan 2 tahun ajaran 2016/2017. Jenis

penelitian ini adalah pennelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VI SD Negeri Nglarangan 2 tahun ajaran 2016/2017. Sampel yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data berupa angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Rata-rata tidak ada pengaruh tata ruang kelas

terhadap motivasi belajar siswa kelas VI di SD Negeri Nglarangan 2 tahun ajaran 2016/2017 yang ditunjukkan berdasarkan hasil analisis SPSS ver. 16 uji-t satu sempel (one-sample T-test) tersebut dapat disimpulkan bahwa signifikasi 0.000, karena signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak, dan berarti Ha diterima, artinya rata-rata motivasi belajar siswa kelas 6 Sd tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh.

Kata Kunci : Tata Ruang Kelas dan Motivasi belajar

PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses agar memperoleh pengetahuan atau ilmu yang baru. Di dalam proses tersebut terdapat banyak faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam atau internal dan dari luar atau eksternal individu yang belajar. Faktor internal adalah yang berkaitan dengan hal-hal dalam diri seperti emosi, motivasi, karakteristik belajar dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar seperti suasana belajar, media belajar, lingkungan belajar dan lain sebagainya. Kedua faktor ini dapat mempengaruhi satu sama lain seperti motivasi yang rendah dikarenakan suasana belajar yang kurang mendukung dan sebaliknya.

Salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari para peserta didik. Motivasi merupakan suatu dorongan serta motif untuk belajar.

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan memperoleh prestasi yang

(2)

lebih baik. Sedangkan motivasi yang rendah menyebabkan proses pembelajaran tidak bermakna karena biasanya peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar cenderung malas dalam kegiatan belajar sehingga memperoleh nilai yang rendah.1

Banyak hal yang memengaruhi motivasi salah satunya suasana belajar dan lingkungan belajar, dan tata ruang kelas termasuk dalam salah satu bagian dari hal-hal yang memengaruhi motivasi belajar. Pembelajaran dalam kelas yang baik terdapat penataan ruang yang dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lingkungan belajar dan suasana belajar agar peserta didik tidak jenuh atau bosan dengan suasana kelas yang datar, apalagi untuk usia anak-anak sekolah dasar yang cepat sekali bosan. Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seorang pendidik untuk mengelola atau menata ruang kelas agar dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik, tetapi masih ada beberapa pendidik yang tidak peduli dengan tata ruang kelas, mereka cenderung membiarkan kelas yang apa adanya tanpa membuat inovasi-inovasi agar membuat peserta didik tertarik dan menjadikan itu motivasi untuk semangat belajar.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tata ruang kelas terhadap motivasi belajar sisa kelas 6 di SD Negeri Nglarangan 2 Tahun Ajaran 2016-1017. Dengan penelitian ini saya mengharapkan para pendidik mengetahui pengaruh tata ruang kelas terhadap motivasi belajar, sehingga mereka mulai menerapkan tata ruang kelas sehingga meningkatkan motivasi belajar para peserta didik mereka.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nglarangan 2 Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro, dan alasan Peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain: SD Negeri Nglarangan 2 menunjukkan beberapa kemajuan dalam pembangunan, banyak pembangunan yang dilakukan di SD Negeri Nglarangan 2, salah satunya saat ini tengah dilakukan pembangunan mushola, selain itu juga Peneliti merupakan lulusan SD Negeri Nglarangan 2 dan letak sekolah juga dekat dengan rumah peneliti sehingga penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

PEMBAHASAN 1. Tata Ruang Kelas

1 http://ganblogad.blogspot.co.id/2015/12/pengaruh-penataan-kelas-terhadap.html, diakses pada 5 mei 2017.

(3)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata berarti kaidah, aturan, dan susunan, cara menyusun, dan sistem. Dalam arti luas, ruang kelas dapat dipahami sebagai ruang yang ada didalam bangunan maupun yang ada di luar banguan yang dijadikan tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam arti sederhana, ruang kelas dapat dipahami sebagai ruang yang ada didalam kelas yang berfungsi sebagai sarana bagi proses pembelajaran peserta didik.2

Tata ruang kelas adalah penentuan mengenai kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruang tersebut untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan belajar yang efektif.

Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008, hlm. 210) “Tata ruang kelas berarti membangun dan memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Siswa dapat belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan lingkungan kelas yang lainnya”.3 Tata ruang kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Jadi, pengaturan ruang kelas dapat didefisinikan sebagai kegiatan mengurus dan menata segala sarana belajar yang terdapat di dalam ruang kelas oleh guru untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa. Berbagai sarana belajar yang ada didalam kelas seperti meja dan kursi, papan tulis, penghapus, penggaris, papan absensi, rak buku, dan lain sebagainya.

Prinsip-prinsip pengaturan kelas menurut Loisell (Winataputra,2003:9-22) adalah: 1) Visibilitas (keleluasaan pandang) artinya penempatan dan penataan barang-barang yang ada didalam kelas tidak mengganggu pandangan peserta didik, sehingga peserta didik secara leluasa dapat memandang guru, benda/kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang seluruh peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung. 2) Aksebilitas (mudah dicapai) adalah penataan ruang harus dapat memudahkan peserta didik untuk meraih/mengambil barang-barang yang dibutuhkannya selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, jarak antara tempat duduk harus cukup dilalui peserta didik sehingga peserta didik sehingga peserta didik dapat bergerak dengan mudah dan leluasa, serta tidak

2Euis Karwani, Manajemen Kelas, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 45

3Rizki Sidiq Nugraha, http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/04/tata-ruangkelas.html, diunduh pada 11 mei 2017

(4)

mengganggu peserta didik lain. 3) Fleksibilitas (keluwesan) artinya barang-barang didalam kelas hendaknya mudah di tata dan dipindahkan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran. 4) Kenyamanan berkenaan dengan pencahayaan (pencahayaan ruang kelas yang kurang akan menyebabkan kelelahan pada mata dan menyebabkan sakit kepala sehingga dapat memengaruhi semangat peserta didik dalam kegiatan belajar), penghawaan (suhu udara yang panas akan membuat konsentrasi dan perhatian peserta didik beralih pada ketidaknyamanan fisik mereka), akustik (lingkungan belajar yang tenang), dan kepadatan kelas. 5) Keindahan.4

Agar terciptanya suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan penataan ruang kelas belajar. Penataan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Suharsimi Arikunto (2008, hlm. 304) berpendapat bahwa “Dalam tata ruang kelas, guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam bertindak dan memanfaatkan sesuatu, diantaranya: (1) menata tempat duduk siswa, (2) menata alat peraga yang ada di dalam kelas, (3) menata kedisiplinan siswa, (4) menata pergaulan siswa, (5) menata tugas siswa, (6) menata ruang fisik kelas, (7) menata kebersihan dan keindahan kelas, (8) menata kelangkapan kelas, dan (9) menata pajangan kelas”. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar.5 Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu yang pertama adalah ukuran dan bentuk kelas, berdasarkan keuntungan dan kerugian kelas, dilihat dari banyak sedikitnya siswa yaitu kelas yang besar keuntungannya adalah mudah tercipta kelas yang hidup, siswa belajar dari banyak ragam kawan sehingga mendapatkan banyak pengalaman, sedangkan kerugiannya adalah pengelolaannya sukar, banyak ragam kawan, menimbulkan kesulitan jika tidak ada kecocokan, untuk kelas yang kecil keuntungannya adalah mudah pengelolaannya, Sedikit terdapat ketidakcocokan, sedangkan kerugiannya adalah sukar diciptakan kelas yang hidup, Siswa tidak mendapat kesempatan untuk belajar dari banyak ragam kawan. Yang kedua bentuk serta ukuran bangku dan meja, apabila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, dan sesuai dengan postur

4Euis Karwani, Manajemen Kelas, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 45

5Rizki Sidiq Nugraha, http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/04/tata-ruangkelas.html, diunduh pada 11 mei 2017.

(5)

tubuh anak didik maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Sudirman mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris kebelakang.

Bentuk serta ukuran dan meja dalam kelas ini juga patut diperhatikan oleh guru/pihak sekolah, karena bentuk serta ukuran dan meja itu harus disesuaikan dengan siswanya, ini untuk kenyamanan siswa dalam belajar. Agar siswa merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat duduk yang digunakan bermacam-macam. Ada yang satu tempat duduk untuk satu orang siswa, ada juga yang satu tempat duduk untuk beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah diubah-ubah formasinya disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Penataan ruang kelas dapat dipengaruhi oleh penggunaan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penataan ruang yang klasikal dengan semua bangku menghadap ke satu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah. Sebaliknya penataan ruang yang berkelompok-kelompok lebih sesuai dengan penggunaan metode diskusi atau tanya jawab. Dengan demikian, penataan ruangan kelas harus mempertimbangkan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan.

Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangkan pula pada aspek biologis, seperti postur tubuh siswa dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif atau suka melamun. Yang ketiga jumlah siswa dalam kelas, pelaksanaan belajar mengajar dapat efektif, sebuah kelas terdiri dari antara 30 sampai 40 orang siswa. Dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas maka dapat menimbulkan suasana kelas yang diinginkan. Karna jika siswa terlalu banyak (lebih dari 40 orang dalam satu kelas) ini berakibat siswa akat kesulitan dalam berinteraksi dengan teman dan guru yang mengajar. Jadi tidak baik bagi siswa dan guru yang mengajar.yang keempat jumlah siswa dalam setiap kelompok, dalam pemecahan masalah siswa dalam setiap kelompok sebaiknya hanya berjumlah 5 sampai 7 orang siswa, karena dalam formalitas dalam kepemimpinan cepat muncul, ketegangan berkurang, perubahan sikap makin kurang nampak, dan solidaritas kelompok bertambah. Yang kelima komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita), dalam pengelompokan siswa untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan guru, guru harus bisa membagi kelompok-kelompok kecil dalam kelas secara heterogen. Agar terjadi keseimbangan pada setiap kelompok karena dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar,

(6)

biasa, dan kurang pintar. Yang keenam menjaga kebersihan kelas, kelas harus dijaga kebersihannya oleh semua warga kelas. Sediakan tempat sampah di luar kelas. Secara berkala ajak siswa untuk membersihkan kelas secara bersama-sama. Yang ketujuh pengaturan dinding kelas, aturlah dinding kelas sehingga sedap dipandang. Jangan biarkan dinding kelas kosong, tetapi isi dengan berbagai sumber belajar, media, kata-kata mutiara, dan hasil-hasil karya siswa. Dinding kelas yang baik adalah bukan dinding kelas yang bersih tanpa tempelan tetapi dinding kelas yang bermanfaat sebagai sumber belajar. Catlah dinding kelas dengan warna-warna yang cerah, misalnya, merah, kuning, biru, hijau; hindari cat dengan warna yang kalem misalnya coklat dan krem. Yang kedelapan buatlah sudut baca/perpustakaan kelas yang menjamin siswa untuk aktif membaca dan menelusuri informasi. Isi perpustakaan kelas dengan bacaan-bacaan yang manarik yang sesuai dengan usia siswa. Buku-buku di perpustakaan kelas ini jangan hanya buku-buku pelajaran saja tetapi sebaiknya adalah buku- buku yang menarik dan inspiratif. Yang kesembilan menghindari kebisingan, kebisingan merupakan masalah yang dihadapi oleh sekolah-sekolah yang ada di perkotaan. Biasanya sekolah-sekolah di kota memiliki bangunan ruang kelas yang dekat dengan jalan raya karena sempitnya lahan. Untuk mengurangi kebisingan tanamlah pohon-pohon. Yang terakhir atau yang kesepuluh sediakan tempat besosialisasi, sekolah bukan hanya merupakan tempat belajar berbagai mata pelajaran, tetapi juga untuk besosialisasi. Oleh sebab itu sekolah perlu menyiapkan tempat untuk mereka bersosialisasi. Sediakan kursi di luar kelas yang dapat digunakan oleh siswa untuk berdiskusi, bersosialisasi, atau hanya sekedar beristirahan setelah jenuh belajar pelajaran di kelas.

2. Motivasi Belajar

Secara harfiah motivasi berarti pemberian motif. Guay berpendapat bahwa motivasi mengacu pada alasan yang mendasari perilaku. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gredler, Broussard, dan Garrison (2004:106) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan atribut yang menggerakkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sementara itu Armstrong menyatakan bahwa motif adalah alasan untuk melakukan sesuatu. Motivasi berkaitan dengan kekuatan dan arah prilaku dan factor-faktor yang memengaruhi seseorang untuk berperilaku dengan cara tertentu.6 Sedangkan menurut McDonal, motivasi adalah perubahan

6Euis Karwani, Manajemen Kelas, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 166.

(7)

tenaga didalam diri sseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.7

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah prilaku dan factor-faktor yang memengaruhi peserta didik untuk berprilaku terhadap proses belajar yang dialaminya. Motivasi merupakan kseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran yang dikehendaki oleh peserta didik dapat tercapai.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Peserta Didik adalah a) konsep diri, berkaitan dengan bagaimana peserta didik berfikir tentang dirinya. Apabila peserta didik percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka peserta didik tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut. b) jenis kelamin, dalam corak budaya pendidikan di kalangan pedesaan dan pesisir kota terkadang memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Pola piker tradisional yang menyatakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nanti tugasnya hanya melayani suami, menyebabkan perempuan tidak mampu belajar dengan optimal. c) pengakuan, peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dengan lebih giat apa bila dirinya merasa dipedulikan, diperhatikan, atau diakui oleh keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan social dimana ia tinggal. Pengakuan akan mendorong peserta didik untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pengakuan tersebut. d) cita-cita, atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai oleh peerta didik. target tersebut diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dan mengandung makna bagi peserta didik. e) kemampuan belajar, kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri peserta didik, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya fikir, dan fantasi. f) kondisi peserta didik, kesehatan jasmani dan rohani yang dimiliki peserta didik, peserta didik yang sehat tentunya mempunyai semangat belajar yang tinggi daripada siswa yang sakit secara jasmani maupun rohani. g) keluarga, dengan perhatian yang penuh terhadap pendidikan, akan memberikan motivasi yang positif terhadap peserta didik untuk berprestasi dalam pendidikan. h) kondisi lingkungan, kondisi tempat tinggal siswa tentunya sangat memberikan pengaruh yang besar dalam motivasi belajar siswa. i) upaya guru memotivasi peserta didik, bagaimana pendidik mempersiapkan strategi agar mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada dalam diri peserta didik. j) unsure-unsur dinamis dalam belajar, unsure

7Mochamad Nursalim dkk, Psikologi Pendidikan, Unesa University Press, Surabaya, hlm. 119.

(8)

yang keberadaannya dalam proses belajar cenderung tidak stabil, kadang-kadang lemah, bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.8

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa motivasi memiliki peranan penting dalam membangkitkan semangat belajar peserta didik. Oleh karena itu setiap peserta didik hendaknya memiliki motivasi belajar dan harus dapat ditingkatkan sehingga peserta didik tersebut dapat meningkatkan belajarnya.

METODE

Analisa data adalah proses menyerderhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan statistik. Statistik disini berfungsi menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami.9

Sedangkan data kuantitatif yaitu data dalam bentuk jumlah dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka atau pemperbandingkan dari beberapa gambaran sehingga memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk kalimat/

uraian.10 Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data merupakan cara untuk menganalisa hasil dari data yang diperoleh dalam penelitian sehingga lebih mudah untuk dibaca dan diinterprestasikan.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif yang data didapat dari angket/kuesioner, dan wawancara (terstruktur). Metode angket merupakan metode utama yang digunakan untuk mengungkap variable bebas dalam penelitian ini. Adapun isi dan tujuan dari penelitian yang disusun adalah untuk memperoleh data tentang motivasi belajar. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup adalah 1) memudahkan responden dalam memberikan jawaban pada alternative jawaban yang disediakan, angket tertutup dapat menghimpun data salam waktu yang relative singkat, memudahkan peneliti dalam menganalisis jawaban yang telah diperoleh, dan pengumpulan data akan lebih efisien dari segi biaya, tenaga,

8Ibid…., hlm. 181-183

9Et al Sinarimbun, Metode Penelitian Survai, Jakarta LP3ES, 1989, hlm. 263.

10Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm.

106.

(9)

dan biaya. Sedangkan wawancara terstruktur ini, peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan- pertanyaan sebelum melakukan wawancara. Sehingga wawancara ini terstruktur dan tidak meluas bahasannya.

Hasil Penelitian

Setelah wawancara yang peneliti lakukan di kelas 6 SD Negeri Nglarangan 2 kecamatan Kanor Kab. Bojonegoro pada tanggal 09 mei 2017, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu peserta didik kelas 6 yang namanya dirahasiakan, dari wawancara tersebut adalah bahwa di kelas 6 tersebut terdapat 19 peserta didik yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Menurut narasumber Didalam kelas 6 tersebut terdapat pintu yang berada di pojok kiri depan, disebelah kanan depan peserta didik terdapat 1 meja 2 kursi guru, didepan meja guru terdapat lemari, lalu dibagian dinding depan terdapat papan tulis ditengah-tengahnya, diatas papan tulis ada gambar presiden, lambang Negara dan wakil presiden sedangkan disamping kiri papan tulis terdapat papan yang berisi absensi siswa, jadwal pelajaran dan jadwal piket kelas.

Sementara itu disamping kiri papan tulis terdapat jam dinding dan kalender pendidikan.

Didinding sebelah kanan siswa terdapat peta dunia dan peta Indonesia yang ditengah-tengahnya terdapat map-map yang digantung, masing-masing siswa memiliki 1 map untuk menyimpan arsip soal-soal ulangan harian masing-masing. Dibagian belakang dinding terdapat berbaga hasil karya siswa seperti gambar-gambar, puisi dan lain-lain. Dan disamping kiri siswa terdapat gambar pahlawan, gambar tunas kelapa, serta gambar macam-macam pakaian dan rumah adat.

Penataan tempat duduk pada kelas 6 di SD Negeri Nglarangan 2 ini menggunakan model tradisional termodifikasi, yang diatur dengan peserta didik yang duduk sesuai dengan nomer absen dan setiap harinya siswa akan bergeser-geser tempat duduknya, model huruf U, model corak tim, dan diantara semua model tersebut akan diselingi dengan model meja konferensi, apabila pendidik menggunakan metode debat.

Sementara itu, untuk angket peneliti menggunakan angket skala likert yang memuat 4 pilihan jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang-jarang (JJ), dan tidak pernah (TP).

Terdapat 20 pertanyaan yang diajukan dan merupakan pertanyaan positif sehingga pemberian nilai bergerak dari 4 ke 1 (4 untuk SL, 3 untuk SR, 2 untuk JJ, dan 1 untuk TP). Semakin tinggi skornya, semakin tinggi pula motivasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah skornya semakin rendah motivasi belajarnya. Angket berisi 20 pertanyaan tentang motivasi belajar yang disebar

(10)

ke 19 siswa kelas VI SD Negeri Nglarangan 2. Dari hasil analisis dan perhitungan diperoleh nilai tertinggi dari penilaian angket responden sebesar 4, angket terendah sebesar 1. Berdasarkan hasil analisis SPSS ver. 16, disini terdapat 2 hipotesis, yaitu 1) hipotesis nol/Ho: Pengaruh tata ruang kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sd ada perbedaan, 2) hipotesis/Ha: Pengaruh tata ruang kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sd tidak ada pengaruh, dengan 2 kaidah, 1) Jika signifikasi > 0,05, maka Ho diterima, 2) Jika signifikasi < 0,05, maka Ho di tolak.

Berdasarkan hasil analisis SPSS ver. 16 uji-t satu sempel (one-sample T-test) tersebut dapat disimpulkan bahwa signifikasi 0.000, karena signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak, dan berarti Ha diterima, artinya rata-rata motivasi belajar siswa kelas 6 Sd tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh.

Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengaruh tata ruang kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas 6 di SD Negeri Nglarangan 2 rata-rata tidak berpengaruh karena dengan penataan ruang kelas.

Referensi

Karwani, Euis. 2014. Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta.

Rizki Sidiq Nugraha. 2017. “Tata Ruang Kelas” (online),

(http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/04/tata-ruangkelas.html), diakses pada 11 mei 2017.

Nursalim, Mochamad. dkk, Psikologi Pendidikan. Surabaya:Unesa University Press.

http://ganblogad.blogspot.co.id/2015/12/pengaruh-penataan-kelas-terhadap.html, diakses pada 5 mei 2017.

Sinarimbun,et al. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Referencias

Documento similar

 Menjawab pertanyaan tentang materi Makna hadis yang berkaitan dengan taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,

Berdasarkan pengertian berbagai istilah-istilah di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah studi analisis tentang pemikiran

Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami perubahan bentuk tubuh (adapatasi morfologi),

Area auditori primer, terletak pada tepi atas lobus temporal, menerima inpuls saraf yang berkaitan dengan

Berdasarkan hasil seleksi administrasi dengan proses verifikasi dokumen peserta yang diunggah secara online di portal SSCN : https://sscn.bkn.go.id pada Rekrutmen

Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah maserasi dengan pelarut metanol dan etil asetat dan dibuat menjadi lima varian konsentrasi yaitu 9%, 9,5%,

Sebenarnya, apabila isi Permenkes No. 2406 sudah dijalankan dengan bijak oleh semua pihak, maka pembuatan UU tidaklah diperlukan. UU lahir saat suatu masalah yang tidak ada